Ini cerita tentang salah satu kunang-kunang lanaiku. Saparuddin nama
aslinya. Tapi lebih dikenal dengan sebutan Latong. Beberapa guru ada
yang memanggilnya Matong. Latong sekarang duduk di kelas 5. Dia salah
satu dari 11 murid yang mengajakku ke Pantai Pasir Putih di awal
kedatanganku dulu. Aku memang tidak pernah bertanya kenapa dia dipanggil
Latong. Tapi dari yang kulihat, Aku sudah mengetahui alasannya.
Latong
berkulit hitam gelap. Bahasa Bugis (masyarakat di Desa sebagian besar
bersuku Bugis)hitam adalah lotong. La lotong disingkat Latong (La
merupakan sebutan panggilan kepada seseorang sebelum nama orang
tersebut). Mungkin itu asal mula nama panggilannya menjadi Latong.
Meskipun
hitam, Latong terlihat manis dengan kedua lesung pipi di wajahnya.
Latong anak yang lucu. Ada-ada saja celetukan ngasalnya yang sering
membuat tertawa. Aku ingat ketika di Pasir Putih dulu, dia berupaya
keras menarik perhatianku dengan celetukan-celetukan aneh yang malah
membuat dirinya sendiri ditertawakan. Dia bahkan berpura-pura tenggelam
ketika itu, lalu muncul kembali ke permukaan dengan senyum malunya
karena tidak ada yang memperhatikan “aksi bohongannya” tersebut. Senyum
malu dengan dua lesung pipi itu semakin membuat dia terlihat manis saja.
Ditambah deretan gigi putih yang kontras dengan warna kulitnya dan mata
yang menyipit ketika sedang tertawa atau senyum.